Thursday, October 07, 2004

Doa Adalah Ibadah

Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu

Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi menunjukkan bahwa do'a merupakan jenis ibadah yang paling penting karena sholat tidak boleh ditujukan kepada Rasul atau wali, demikian pula do'a.
1. Orang yang mengatakan, "Ya Rasulullah," atau, "Hai orang yang ghaib, berilah aku pertolongan dan anugrah," berarti berdo'a kepada selain Allah Ta'ala, meskipun niatnya bahwa yang memberi pertolongan itu Allah Ta'ala.
Demikian pula orang yang berkata,"Saya shalat untuk Rasul atau wali." meskipun dalam hatinya untuk Allah, sholat seperti itu tidak akan diterima, karena ucapannya berlawanan dengan hatinya. Ucapan harus sesuai dengan niat dan keyakinan. Bila tidak demikian maka perbuatannya termasuk syirik yang tidak terampuni selain dengan taubat.
2. Apabila ia mengatakan bahwa yang diniatkan adalah Nabi atau wali itu sebagai perantara kepada Allah, seperti menghadap raja, maka yang demikian itu merupakan menyamakan (tasybih) Allah dengan makhluk yang dhalim.
Tasybih seperti itu akan menyeretnya kepada kekufuran. Padahal Allah telah berfirman yang menyatakan kesucian-Nya daripada persamaan dengan makhluk-Nya baik dari dzat, sifat maupun titah-Nya. Firman-Nya, "Tidak ada sesuatupun yang menyamai Allah dan Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat."
Menyamakan Allah dengan makhluk adalah penyelewengan, kufur dan syirik. Bagaimana jadinya kalau menyamakan Allah dengan makhluk yang dhalim? Maha suci Allah dari perkataan orang dhalim itu.
3. Orang-orang musyrik pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meyakini bahwa Allah-lah pencipta dan pemberi rezeki, tetapi mereka berdo'a kepada wali-wali (pelindung) mereka yang berwujud patung. Mereka beranggapan bahwa patung-patung itu menjadi perantara yang dapat mendekatkan mereka kepada Allah.
Ternyata Allah tidak mentolerir perbuatan mereka itu bahkan mengkafirkan mereka dengan firman-Nya, "Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah berkata, 'Kami tidak menyembah mereka kecuali hanya agar mereka itu dapat mendekatkan diri kami kepada Allah sedekat-dekatnya.' Sesungguhnya Allah akan memutuskan diantara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang dusta dan ingkar." (Az-Zumar: 3).
Allah itu dekat dan mendengar, tidak perlu perantara. Firman-Nya, "Apabila hamba-hambaKu bertanya tentang Diriku, jawablah bahwa Aku ini dekat." (Al Baqarah: 186).
4. Orang-orang musyrik -apabila berada dalam bahaya- berdo'a hanya kepada Allah saja. tetapi setelah selamat dari bahaya, mereka berdo'a kepada pelindung-pelindungnya berupa patung-patung, sehingga Allah menyebut mereka sebagai orang kafir.
Firman-Nya, "Dan apabila gelombang dari segenap penjuru menimpanya dan mereka sadar bahwa mereka dalam kepungan bahaya, mereka berdo'a kepada Allah dengan ikhlas semata-mata kepada-Nya. Mereka berkata, 'Sesunggguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur." ( Q.S Yunus: 22)
Maka kenapa sejumlah orang Islam berdo'a kepada para Rasul dan orang-orang saleh (selain Allah). Mereka meminta pertolongan daripadanya, baik diwaktu susah maupun gembira. Apakah mereka tidak membaca firman Allah, "Siapa gerangan yang lebih sesat daripada orang yang berdo'a kepada selain Allah, yaitu kepada orang yang tidak dapat memberikan pertolongan sampai hari kiamat, sedang mereka sendiri lalai akan do'a mereka. Dan apabila mereka dikumpulkan pada hari kiamat, niscaya sembahan mereka itu akan menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan mereka." (QS Al Ahqaf: 5-6)
5. Banyak orang menyangka bahwa kaum musyrikin yang disebut dalam Al Qur'an itu adalah orang yang menyembah patung yang terbuat dari batu. Anggapan itu keliru, sebab patung-patung itu dahulunya adalah nama-nama orang saleh.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu mengenai firman Allah dalam Surah Nuh, "Dan mereka berkata, 'jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhanmu dan jangan pula meninggalkan Wadd Suwa'a, Yaghuts, Ya'uq, dan Nasr." (Q.S Nuh: 23)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa nama itu nama-nama orang saleh umat nabi Nuh 'alaihissalam. Setelah mereka mati syetan membisikkan kepada para pengikutnya agar ditempat duduk mereka didirikan monumen-monumen yang diberi nama dengan nama mereka. Mereka melaksanakan namun patung-patung itu belum sampai disembah. Setelah pembuat patung-patung itu mati dan generasi berikutnya tidak lagi mengetahui asal-usulnya, patung-patung itu akhirnya disembah.
6. Allah membantah kepada orang yang berdo'a kepada para Nabi dan wali, "Katakanlah, panggilah mereka yang kamu anggap tuhan selain Allah. Mereka tidak mempunyai kekuasaan untuk menolak bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya. Orang-orang yang mereka seru itu sendiri justru mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa diantara mereka yang lebih dekat dengan Allah dan juga mengharapkan rahmat-Nya serta takut dengan hamba-Nya. Sungguh azab Tuhan itu sesuatu yang patut ditakuti." (QS Al-Isra': 56-57).
Imam Ibnu Katsir menafsirkan bahwa ayat itu turun mengenai sekelompok manusia yang menyembah jin dan berdo'a kepadanya. Jin tersebut kemudian masuk Islam. Ada juga yang mengatakan bahwa ayat itu turun mengenai orang-orang yang berdo'a kepada Isa Al Masih dan malaikat. Dari keterangan-keterangan diatas telah jelas bahwa ayat ini membantah dan mengingkari orang-orang yang berdo'a kepada selain Allah, meskipun kepada nabi atau wali.
7. Ada orang yang mengira bahwa minta tolong (istighotsah) kepada selain Allah itu boleh dengan alasan bahwa yang memberi pertolongan sebenarnya adalah Allah, seperti istighotsah kepada rasul dan wali-wali. Ini dikatakan boleh, seperti ada orang berkata, "Saya disembuhkan oleh obat dan dokter."
Pendapat ini salah dan dibantah oleh firman Allah yang mengisahkan do'a Nabi Ibrahim 'alaihissalam, "Allah-lah yang menciptakan aku dan Dialah yang memberikan petunjuk kepadaku. Dialah yang memberikan makan dan minumku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku." (Ibrahim: 78 - 80)
Ayat ini menyatakan bahwa pemberi petunjuk, rezeki dan kesembuhan adalah Allah Ta'ala saja bukan yang lain, sedangkan obat hanyalah sebagai sebab saja dan tidak menyembuhkan.
8. Banyak orang yang tidak dapat membedakan antara istighotsah kepada orang hidup dan istighotsah kepada orang mati.
Firman Allah, "Tidaklah sama orang yang hidup dengan orang yang mati." (Fathir: 22) "Nabi Musa dimintai tolong oleh seorang dari golongannya untuk mengalahkan musuhnya orang itu." (Al-Qashas: 15) Ayat ini menceritakan tentang orang yang minta tolong kepada Musa agar melindunginya dari musuhnya dan Musa pun menolongnya, "Dan Musa pun meninjunya sehingga matilah musuh itu." (Al-Qashas: 15)
Adapun orang mati tidak boleh kita meminta tolong kepadanya karena ia tidak dapat mendengar do'a kita. Andaikata ia mendengar pun ia tidak akan dapat memenuhi permintaan kita karena ia tidak dapat melakukannya.
Firman Allah, "Apabila kamu berdo'a kepada mereka, mereka tidak dapat mendengar do'a kamu. dan seandainya mereka dapat mendengar, mereka tidak dapat memenuhi permintaanmu. Dan pada hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu." (Fathir: 14)
"Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah itu tidak dapat membuat sesuatu apapun sedang mereka sendiri dibuat orang. Mereka itu benda mati, tidak hidup dan mereka itu tidak dapat mengetahui kapan para penyembahnya akan dibangkitkan." (An-Nahl: 20-21)
9. Dalam hadits-hadits shahih terdapat keterangan, bahwa manusia pada hari kiamat nanti mendatangi para Nabi untuk minta syafa'at, sampai mereka mendatangi Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meminta syafa'at agar mereka dibebaskan. Nabi Muhammad menjawab, "Ya, memang saya dapat memberi syafa'at." kemudian beliau sujud dibawah 'Arsy dan memohon kepada Allah agar mereka segera dibebaskan dan dipercepat proses penghisabannya.
Syafa'at itu adalah permintaan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan waktu itu beliau dalam keadaan hidup dimana beliau dapat berbicara dengan mereka, lalu beliau memohon syafaat. Itulah yang diperbuat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
10. Argumen yang paling tepat untuk membedakan antara memohon kepada orang mati dan orang hidup adalah apa yang dikatakan oleh Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu pada waktu terjadi kekeringan dimana beliau meminta kepada Al Abbas paman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk mendo'akan mereka. Dan Umar tidak pernah meminta tolong kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam setelah beliau wafat.
11. Ada sejumlah ulama yang menyangka bahwa tawassul itu sama dengan istighotsah, padahal perbedaan antara keduanya besar sekali.
Tawassul adalah berdo'a kepada Allah melalui perantara, seperti, "Wahai Allah, dengan perantaraan cintaku kepadamu dan cintaku kepada Rasul-Mu bebaskanlah kami." Do'a dengan tawassul seperti ini boleh.
Istighotsah dengan berdo'a kepada selain Allah, seperti, "Wahai Rasulullah, bebaskan kami." Inilah tidak boleh, bahkan termasuk syirik besar berdasarkan firman Allah, "Katakanlah (wahai Muhammad), sesungguhnya aku tidak mendatangkan sesuatu kemudharatan pun kepadamu dan tidak pula suatu kemanfaatan." (Al-Jin: 21).
"Katakanlah, sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun kepada-Nya." (Al-Jin: 20)
Berdasarkan hadits shahih riwayat Imam Turmudzi bahwa Rasul Allah bersabda: "Apabila kamu minta, mintalah kepada Allah dan apabila kamu minta tolong mintalah tolong kepada Allah."


[Dikutip dari buku Bimbingan Islam untuk Pribadi dan Masyarakat oleh Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu. Penerbit Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, P.O. Box 20824 Riyadh 11465]

0 Comments:

Post a Comment

<< Home