Sunday, August 02, 2009

Bom Bunuh Diri

Seiring maraknya aksi Bom Bunuh Diri yang di yakini sebagian masyarakat kita sebagai Jihad maka perlu disampaikan berapa dalil yang bisa di rujuk. Secara jelas kerusakan nampak di muka bumi oleh tangan manusia baik yang berdalih pada perintah agama atau kehendak penguasa. Namun sebenarnya Allah memberikan bekal yang cukup bagi kita untuk bisa memilih mana yang benar dan yang salah. Walau di sisi lain Allah sudah menetapkan bahwa dunia ini akan kiamat dan memang demikianlah Allah Maha Berkehendak.

Namun secara mutlak Allah sampaikan bahwa dimana kita berpaling maka Allah akan memalingkan kita. Bagaimanapun kebenaran itu hadir secara nyata tapi jika selalu di dustakan maka muncullah dalil2 pembenaran hasil dari emosi dan ketamakan manusia. Itulah mengapa hidayah tidak terukur harganya dan kita harus bertanggung jawab atas apa yang kita usahakan. Berdasarkan kesepakatan ahli hadist dan ulama aksi bom bunuh diri di negeri-negeri kaum muslimin dikatakan hukumnya adalah haram, karena akan menyebabkan melayangnya jiwa-jiwa yang tidak berdosa dari kaum muslimin. Allah Jalla Jalaluhu mengancam siapa saja yang membunuh jiwa seorang mukmin dengan ancaman yang sangat keras.


Artinya : Dan barangsiapa yang membunuh seorang mumin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia didalamnya dan Allah murka kepadanya dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya [An-Nisa : 93]

Jika yang terbunuh adalah orang-orang kafir yang mendapat jaminan keamanan dari pemerintah muslim maka pelakunya mendapat ancaman dari sabda Rasulullah Shallallahu ˜alaihi wa sallam.

Artinya : Barangsiapa yang membunuh orang kafir yang mendapat jaminan keamanan maka dia tidak akan mencium bau surga, dan sesungguhnya bau surga didapati dari 40 tahun perjalanan[Shahih Bukhari 6/2533. Lihat majalah Buhuts Islamiyyah yang diterbitkan oleh Haiah Kibar Ulama edisi 56 hal. 357-362]

Kami akhiri bahasan ini dengan Nasehat berharga dari Syaikh Al-Alamah Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al-Albani.

Jika seorang mujahid mengikhlaskan niat kepada Allah Jalla Jalaluhu semata, maka tidak diragukan lagi bahwa dia akan diberi pahala yang layak baginya sesuai dengan niatnya, tetapi aksi bom bunuh diri ini bukanlah jihad yang diperintahkan Allah Jalla Jalaluhu. Karena jihad harus dipersiapkan, sebagaimana dalam firman Allah Jalla Jalaluhu.

Artinya : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dan kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kalian menggetarkan musuh Allah dan musuh kalian [Al-Anfal : 60]

Inilah jihad, yaitu diumumkan dan dipersiapkan, jihad inilah yang seorang muslim tidak diperkenankan ketinggalan. Adapun jihad yang berarti aksi perorangan seperti bom bunuh diri-, .. maka itu bukanlah jhad..., karena inilah maka wajib atas kaum muslimin untuk kembali kepada agamanya, memahami syariat Rabb mereka dengan pemahaman yang shahih, dan mengamalkan apa yang mereka fahami dari syariat Allah Jalla Jalaluhu dan agamaNya dengan ikhlas dan benar, sehingga mereka bisa bersatu dibawah satu kalimat ; pada saat itulah orang-orang yang beriman bergembira dengna pertolongan Allah Tabaraka wa Ta'ala.

[Sebagian di kutip dari majalah Al-Furqon, edisi 3 Tahun IV, hal. 23-28, Judul BOM Syahid Atau Bunuh Diri, Penyusun Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifullah, Penerbit Lajnah Dakwah Mahad Al-Furqon, Mahad Al-Furqon, Srowo Sidayu Gresik Jawa Timur]

ANDA WAJIB BERDAKWAH KEPADA ALLAH DAN TIDAK BERPUTUS ASA

Oleh : Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Para pemuda wajib berdakwah kepada Allah dan terus melanjutkan (dakwahnya) tanpa putus asa. Karena berapa banyak manusia yang diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala setelah kesesatan mereka ?! Dan berapa banyak manusia yang diperbaiki oleh Allah setelah mereka rusak ?! Maka hendaknya ia terus melanjutkan dakwahnya kepada yang haq dan bersabar, seraya menanti pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Adapun turut serta dalam pekerjaan haram sungguh tidak boleh. Oleh karena itu tidak boleh ia tetap tinggal menonton televisi sambil menyaksikan kemugkaran di dalamnya. Atau tetap tinggal mendengarkan radio padahal ia mendengarkan sesuatu yang diharamkan (dari radio tersebut). Bahkan ia harus meninggalkan tempat itu jika nasehat (yang diberikan) tidak bermanfaat ? Karena Nabi telah bersabda.

"Artinya : Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran maka hendaknya ia merubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu maka hendaknya ia merubahnya dengan lisannya, jika tidak mampu maka hendaklah ia (mengingkarinya) dengan hatinya"

Seseorang yang tetap tinggal bersama pelaku mkasiat maka akan dituliskan baginya dosa seperti dosa mereka (yang melakukannya). Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Artinya : Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika setan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu)" [Al-An'am : 68]

Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Artinya : Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al-Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam" [An-Nisa : 140]

Maka tidak boleh bagi anda tetap tinggal di tempat di mana anda mendengarkan kemugkaran, atau menyaksikan kemungkaran, akan tetapi anda tetap tinggal bersama keluarga anda di rumah dan menasehati mereka sesuai dengan kemampuan.

Adapun perkataan yang kedua. Maka saya megajak saudara-saudaraku para pemuda yang telah dikarunai Allah hidayah untuk berusaha agar mereka dapat menarik para pemuda lain yang memungkinkan, karena para pemuda lebih terpengaruh oleh teman-teman mereka dibandingkan terpengaruh oleh orang yang lebih tua dari mereka.

Maka anda sekalian semoga Allah memberkahi kalian- wahai pemuda ! Berusahalah sekuat-kuatnya untuk menarik sebanyak-banyaknya agar Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan hidayah atas mereka melalui tangan-tangan kalian. Dan janganlah kalian meremehkan diri kalian jangan pula tergesa-gesa lalu mengatakan : " Kami menginginkan agar orang yang tersesat itu mendapat hidayah dalam sehari semalam". Boleh jadi ia tidak mendapatkan hidayah kecuali setelah satu pekan, atau satu bulan atau lebih. Akan tetapi yang penting adalah bersabarlah dan menyabar-nyabarkan diri untuk memberikan petunjuk kepada saudara-saudara kalian.

[Disalin dari kitab Ash-Shahwah Al-Islamiyah Dhawabith wa Taujihat, edisi Indonesia Panduan Kebangkitan Islam, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, terbitan Darul Haq]