Sunday, October 10, 2004

Puasa Wanita Haidh

Jika seorang wanita mendapatkan kesuciannya tepat setelah waktu shubuh, apakah ia harus tetap berpuasa pada hari itu, ataukah ia harus mengganti puasanya itu pada hari lain?
Jika seorang wanita telah mendapatkan kesuciannya setelah terbitnya fajar, tentang keharusannya berpuasa pada hari itu, ada dua pendapat ulama. Pendapat pertama, diwajibkan baginya berpuasa pada hari itu, akan tetapi puasanya itu tidak mendapat imbalan, bahkan wajib baginya untuk mengqadha puasa, ini adalah pendapat yang masyhur dikalangan Madzhab Imam Ahmad rahimahullah.
Pendapat Kedua, tidak wajib baginya berpuasa pada hari itu karena pada permulaan hari itu ia dalam keadaan haidh yang menjadikan dirinya bukan termasuk golongan orang-orang yang wajib berpuasa, sehingga dengan demikian (bila ia berpuasa) maka puasanya itu tidak sah. jika puasanya tidak sah maka tidak ada faedah baginya melaksanakan puasa pada hari itu, juga dikarenakan pada hari ini ia diperintahkan untuk tidak berpuasa pada permulaan hari itu. bahkan haram baginya berpuasa pada hari itu, sebab puasa yang disyariatkan sebagaimana yang kita ketahui adalah menahan diri dari segala yang membatalkan puasa sebagai suatu ibadah kepada Allah Subhanahu Wata'aala dari sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
menurut pendapat kami inilah pendapat yang lebih kuat daripada pendapat yang mewajibkan wanita itu untuk berpuasa. Kedua pendapat itu mengharuskan qadha puasa pada hari tersebut. (52 Sualan 'an ahkamil haidh, Syaikh Ibnu Utsaimin, hal. 9-10)


Dikutip dari Fatwa-Fatwa Tentang Wanita, hal. 221-222, Darul Haq, Jakarta karya Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin

0 Comments:

Post a Comment

<< Home